Translate

Senin, 30 April 2012

ABU DARDA’


Uwaimir bin Malik Al Khazraji yang digelari Abu Darda' bangun dari tidurnya pagi-pagi sekali. Setelah itu dia pergi menuju berhala sembahannya di sebuah kamar yang paling istimewa di dalam rumahnya. Dia membungkuk memberi hormat kepada patung tersebut, kemudian diminyakinya dengan wangi-wangian termahal yang terdapat dalam tokonya yang besar. Sesudah itu patung tersebut diberi pakaian baru yang terbuat dari sutera megah, yang diperolehnya kemarin dari seorang pedagang yang datang dari Yaman dan sengaja mengunjunginya.
Setelah matahari agak tinggi, barulah Abu darda' masuk ke rumah dan bersiap hendak pergi ke tokonya, tiba-tiba jalan di Yastsrib menjadi ramai, penuh sesak dengan para pengikut Nabi Muhammad yang baru kembali dari peperangan Badar. Di muka sekali terlihat sekumpulan tawanan terdiri dari orang-orang Quraisy. Abu Darda' mendekati orang ramai dan bertemu dengan seorang pemuda suku Khazraj. Abu darda' menanyakan kepadanya dimana 'Abdullah bin Rawahah.
Pemuda Khazraj tersebut menjawab dengan hati-hati pertanyaan Abu Darda', karena dia tahu bagaimana hubungan Abu Darda' dengan 'Abdullah bin Rawahah. Mereka tadinya adalah dua orang teman akrab di masa jahiliyah. Setelah Islam datang, 'Abdullah bin Rawahah segera masuk Islam, sedangkan Abu Darda' tetap dalam kemusyrikan.
Tetapi hal itu tidak menyebabkan hubungan persahabatan kedua orang tersebut menjadi putus. Karena 'Abdullah berjanji akan mengunjungi Abu Darda' sewaktu-waktu, untuk mengajak dan menariknya ke dalam Islam. Dia kasihan kepada Abu Darda', karena umurnya habis tersia-sia setiap hari dalam kemusyrikan.

ABU BAKAR Ash-SHIDDIQ


Abu Bakar lahir tahun 573 M dari sebuah keluarga terhormat di Mekkah dua tahun satu bulan setelah kelahiran Rasul Muhammad SAW. Nama aslinya Abdullah Ibn Abu Kuhafah, lalu ia mendapat gelar Ash Shiddiq setelah masuk Islam. Semenjak kanak-kanak, ia adalah sosok pribadi yang terkenal jujur, tulus, penyayang, dan suka beramal, sehingga masyarakat Mekkah menaruh hormat kepadanya. Ia selalu berbuat yang terbaik untuk menolong fakir miskin.

Abu Bakar adalah sahabat yang terpercaya dan dikagumi oleh Rasulullah SAW. Ia pemuda yang pertama kali menerima seruan Rasul tanpa banyak pertimbangan. Seluruh kehidupannya dicurahkan untuk perjuangan suci membela dakwah Rasul. Rasul SAW sangat menyayanginya sehingga seringkali untuk menggantikan Rasul menjadi imam shalat, ia lah yang ditunjuk. Saat Rasul hijrah ke Madinah, Abu Bakar menyertainya. Kedekatan abu Bakar dengan Rasul dalam perjuangan Islam ibarat Rasul dengan bayangannya.

ABU AYUB AL-ANSHARI


Nama lengkapnya Khalid bin Zaid bin Kulaib. Beliau berasal dari keluarga Bani Najjar. Mendapatkan kehormatan untuk tempat singgah Rasul setelah sampai di Madinah pada saat berhijrah. Pada saat Rasul memasuki Madinah semua kaum Anshar berharap agar beliau tinggal di rumah mereka. Secara silih berganti mereka menghalangi unta Nabi dengan maksud untuk diarahkan ke rumah mereka. Tetapi Nabi mengatakan, “Biarkanlah unta ini! Dia telah diperintahkan.” Maka unta beliau pun terus berjalan dan baru berhenti di halaman rumah Abu Ayub Al-Anshari.

ABU A'LA MAUDUDI


Runtuhnya khilafah pada 1924 mengakibatkan kehidupan Maududi mengalami perubahan besar. Dia jadi sinis terhadap nasionalisme yang ia yakini hanya menyesatkan orang Turki dan Mesir, dan menyebabkan mereka merongrong kesatuan muslim dengan cara menolak imperium ‘Utsmaniah dan kekhalifahan muslim. 

Disinilah Maududi menjadi lebih mengetahui kesadaran politik kaum muslimin dan jadi aktif dalam urusan agamanya. Namun, saat itu fokus tulisan-tulisannya belum juga mengarah pada kebangkitan Islam.

ABDURRAHMAN BIN 'AUF


Dermawan yang masuk syurga

Pada suatu hari, kota Madinah sedang aman dan tenteram,terlihat debu tebal yang mengepul ke udara, datang dari tempatketinggian di pinggir kota; debu itu semakin tinggi bergumpal-gumpai hingga hampir menutup ufuk pandangan mata. Angin yang bertiup menyebabkan gumpalan debu kuning dari butiran-butiran sahara yang lunak, terbawa menghampiri pintu-pintu kota, dan berhembus dengan kuatnya di jalan-jalan rayanya.  Orang banyak menyangkanya ada angin ribut yang menyapu dan menerbangkan pasir. Tetapi kemudian dari balik tirai debu itu segera mereka dengar suara hiruk pikuk, yang memberi tahu tibanya suatu iringan kafilah besar yang panjang. Tidak lama kemudian, sampailah 700 kendaraan yang sarat dengan muatannya memenuhi jalan-jalan kota Madinah dan menyibukkannya. Orang banyak saling memanggil dan menghimbau menyaksikan keramaian ini serta turut bergembira dan bersukacita dengan datangnya harta dan rizqi yang dibawa kafilah itu ...... Ummul Mu'minin Aisyah r.a. demi mendengar suara hiruk pikuk itu ia bertanya: "Apakah yang telah terjadi dikota Madinah…..?" Mendapat jawaban, bahwa kafilah Abdurrahman bin 'Auf baru datang dari Svam membawa barang-barang dagangannya . .. Kata Ummul Mu'minin lagi: -- "Kafilah yang telah menyebabkan semua kesibukan ini?" "Benar, ya Ummal Mu'minin ... karena ada 700 kendaraan...... !" Ummul Mu'minin

ABDULLOH BIN SALAM


Awwalul Muslimin yang seorang ini memang tidak "sepopuler" Waroqoh bin Naufal. Tetapi banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah bagaimana dia masuk Islam, seperti hadits panjang yang diriwayatkan oleh Anas R.A. berikut ini: Setelah Abdulloh bin Salam mendengar berita tentang kedatangan seorang Nabi, datanglah dia ke Makkah, dari tempat asalnya yang cukup jauh. "Sesungguhnya aku datang untuk mengajukan tiga pertanyaan yang tidak akan ada yang bisa menjawabnya, kecuali seorang Nabi: Pertama, apakah tanda awal dari hari kiamat?  Kedua,   apakah makanan pertama ahli sorga? Ketiga, mengapa seorang anak kadang menyerupai bapaknya, kadang menyerupai ibunya?" "Telah mengkhabarkan Jibril barusan, apa jawaban ketiga pertanyaan tsb" jawab Nabi. "Jibril?" tanya Abdulloh. "Ya" jawab Nabi."Dia adalah malaikat yang dimusuhi Yahudi!" kata Abdulloh. Lalu Nabi membaca ayat mengenai Malaikat Jibril, diteruskan menjawab "teka-teki" berikut:
"MAN KAANA 'ADUWWAN LI JIBRIILA FAINNAHU NAZZALAHU 'ALAA QOLBIKA                                       [Al-Baqoroh 97] Pertanda awalnya kiamat adalah akan adanya api yang akan menggiring manusia dari Timur ke Barat. Makanan awal ahli sorga adalah lemak hati ikan, anaknya akan menyerupai bapaknya, dan sebaliknya, kalau mani perempuan keluar mendahului laki-laki, anaknya akan menyerupai ibunya" Memperoleh jawaban yang tepat demikian itu, Abdulloh langsung mengucapkan syahadat:"ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOOHU WA ASYHADU ANNAKA ROSUULULLOOH Ya Rosulullooh, sesungguhnya Yahudi adalah kaum pendusta. Seandainya mereka tahu dengan keIslamanku, niscaya mereka (yang tadinya sangat menghormatiku) akan menghina saya".

ABDULLAH bin UMMI MAKTUM



Siapakah laki laki itu? Yang karenanya Nabi yang mulia mendapat tegoran dari langit dan menyebabkan beliau sakit? Siapakah dia, yang karena peristiwanya Jibril Al-Amin harus turun membisikkan wahyu Allah kedalam hati nabi yang mulia. Dia tiada lain adalah 'ABDULLAH BIN UMMI MAKTUM' Muadzin Rasulullah.

'Abdullah bin Ummi Maktum, orang mekah suku Quraisy. Dia mempunyai ikatan keluarga dengan Rasululah SAW. Yaitu anak paman Ummul Mu'minin Khadijah binti Khuwailid Ridhwanullah 'Alaiha. Bapaknya Qais bin Zaid, dan ibunya 'Atikah binti 'Abdullah. Ibunya bergelar "Umi Maktum" karena anaknya 'Abdullah lahir dalam keadaan buta total. 'Abdullah bin Ummi Maktum menyaksikan ketika cahaya Islam mulai memancar di Makkah. Allah melapangkan dadanya menerima agama baru itu. Karena itu tidak diragukan lagi dia termasuk kelompok yang pertama-tama masuk Islam. Sebagai muslim kelompok pertama, 'Abdullah turut menanggung segala macam suka duka kaum muslimin di Makkah ketika itu. Dia turut menderita siksaan kaum Quraisy seperti diderita kawan kawannya seagama, berupa penganiayaan dan berbagai macam tindakan kekerasan lainnya. Tetapi apakah karena tindakan-tindakan kekerasan itu Ibnu ummi Maktum menyerah? Tidak……! Dia tidak pernah mundur dan tidak lemah iman. Bahkan dia semakin teguh berpegang pada ajaran Islam dan Kitabullah. Dia semakin rajin memepelajari syariat Islam dan sering mendatangi majelis Rasulullah SAW.

ABDULLAH bin ZUBEIR


Pejuang putra pejuang


Isu bahwa kaum muslimin tidak akan bisa melahirkan bayi karena telah diteluh oleh dukun-dukun Yahudi di Madinah, terjawab sudah. Seorang wanita mulia putri As Siddiq telah melahirkan kandungannya ketika beliau sedang hijrah dari Makkah ke Madinah menyusul teman-temannya seaqidah. Beliau tidak lain adalah Asma` binti Abi Bakar yang melahirkan bayi laki-laki-laki-laki di Quba` dan diberi nama Abdullah. Sebelum disusui Abdullah bin Zubeir dibawa menghadap Nabi SAW dan ditahniq dan didoa`kan oleh beliau.

ABDULLAH bin UMAR


Abdullah bin Umar adalah putra Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa muda, Abdullah bin Umar mendapat pendidikan dari lingkungannya, yang selalu mendapat pembinaan semangat Islam. Dia dididik oleh ayahnya yang disiplin dan taat kepada agamanya.
Pada Perang Badar dan Uhud, Abdullah bin Umar tidak ikut perang. Pada Perang Khandak (parit), Abdullah bin Umar ikut serta. Semenjak inilah Abdullah bin Umar ikut perang. Usia beliau waktu itu baru lima belas tahun.
Abdullah bin Umar pada suatu malam yang sunyi telah bermimpi yang aneh. Dalam mimpinya itu, dia duduk di masjid sedang mengerjakan salat. Kemudian melihat ada yang turun mendekati dia untuk mengajak pergi ke suatu tempat yang indah pemandangannya.

ABDULLAH BIN ABBAS


Lisannya bertanya, Qalbunya mencerna

Di  antara  sahabat-sahabat RasuluLlah SAW,  terdapat  beberapa sahabat  kecil  yang ketika melafadzkan syahadat  mereka  berusia sangat  muda,  atau ketika mereka dilahirkan, ayah  bunda  mereka telah muslim. Perhatian RasuluLlah SAW kepada para sahabat  cilik ini,  tidak berbeda dengan sahabat-sahabat yang  lainnya.  Bahkan beliau  sangat  memperhatikan mereka dan meluangkan  waktu  untuk bermain, bicara dan menasehati mereka.

Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) adalah salah  satu  kelompok sahabat junior ini. Beliau dilahirkan tiga tahun sebelum  hijrah. Semenjak  kecilnya, beliau sudah menunjukkan kecerdasan  dan sesungguhannya terhadap suatu masalah. Rasulullah mengetahui potensi  besar  yang  ada pada anak muda ini,  seperti  halnya  beliau melihat  potensi  yang  sama pada Ali bin Abi  Thalib,  Zaid  bin Haritsah dan sahabat-sahabat cilik lainnya.

Kamis, 26 April 2012

Perang Tabuk


Perang ini terjadi pada bulan Rajab tahun 9 Hijriah. Tabuk adalah suatu tempat yang terletak antara Hijaz dan Syam.
Peperangan ini bermula dari keinginan kerajaan Romawi untuk menyerang negara Islam Madinah. Mereka mengumpulkan tentaranya di Syam dan beraliansi dengan kabilah-kabilah Arab lainnya, seperti Lakham, Juzam, Amilah, dan Ghasan.
Rasulullah mengadakan persiapan untuk menghadapi tantangan ini. Tetapi mengalami banyak kesulitan, karena cuaca waktu itu sangat panas. Sungguhpun begitu semangat juang kaum Mukminin tidak luntur sedikit pun. Ada tiga orang sahabat yang bersedia mengeluarkan biaya untuk keperluan itu. Abu Bakar menginfakkan 40.000 dirham, Umar menyedekahkan seperdua dari nilai kekayaannya, dan Utsman pun begitu.
Namun uang sebesar itu baru bisa menutup sepertiga ongkos perang atau baru bisa membiayai pasukan sejumlah 10.000 orang. Padahal Rasulullah berhasil menghimpun 30.000 orang tentara yang terdiri atas 20.000 infanteri dan 10.000 orang tentara berkuda (kavaleri). Ini merupakan pasukan terbesar sepanjang sejarah peperangan bangsa-bangsa Arab, sampai dewasa ini.

Perang Hunain


Perang ini terjadi pada tangal 10 Syawal tahun 8 Hijriah, yaitu beberapa hari setelah penaklukan kota Makkah.
Awalnya ialah pemimpin-pemimpin kabilah Hawazin dan Tsaqif khawatir kalau setelah Makkah takluk akan tiba giliran mereka ditaklukkan. Karena itu mereka berinisiatif untuk menyerang kaum Muslimin lebih dahulu. Dikumpulkanlah seluruh rakyat berikut semua harta benda yang mereka miliki untuk dibawa ke medan perang. Pasukan mereka itu dipimpin oleh Malik bin Auf, dengan pasukan yang jumlahnya hampir mencapai 30 ribu prajurit.

Perang Fatah (fathu makkah)


Yang dimaksud dengan Perang Fatah ialah peperangan menaklukkan kota Makkah. Ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 Hijriah.
Perjanjian Hudaibiyah membolehkan setiap kabilah Arab manapun untuk menggabungkan diri ke dalam barisan Nabi saw. atau ke dalam barisan kaum kafir Quraisy. Bani Bakar memilih menggabungkan diri ke dalam barisan kaum Quraisy, sementara Bani Khuza’ah ke dalam barisan Rasulullah (Islam).
Pada tahun 8 Hijriah ini Bani Bakar terlibat dalam konflik dengan Bani Khuza’ah dimana kelompok kedua ini menderita kematian 20 orang anggotanya. Dalam konflik ini, kaum Quraisy memberikan bantuannya kepada Bani Bakar. Mengetahui hal itu Rasulullah tidak senang kepada kaum Quraisy dan secara diam-diam beliau melakukan persiapan untuk memerangi mereka itu. Akan tetapi rahasia ini dibocorkan oleh seorang yang bernama Hatib bin Abu Baltaah Al-Badry, melalui surat rahasianya kepada kaum kafir Quraisy.
Setelah mengetahui pembocoran ini, Nabi saw. memerintahkan bebenapa orang sahabat untuk menyelidiki kebenarannya. Kemudian Rasulullah memanggil wanita yang membawa surat itu, dan menanyakan mengapa ia berbuat demikian. “Wahai Rasulullah, Demi Alllah, saya beriman kepada-Nya dan kepada Rasulullah. Aku tidak bergeser dari situ. Tetapi di kalangan kaum Muslimin ini aku merupakan seseorang yang tidak mempunyai keluarga dan keturunan terhormat, pada hal aku mempunyai putra dan sanak famili di Makkah (kaum Quraisy). Hal ini kulakukan agar mereka itu menghormati dan menghargai keluargaku,” jawab wanita itu.

Perang Mu'tah


Perang ini berlangsung pada bulan Jumadil Awal tahun 8 Hijriah. Mu’tah adalah sebuah desa dekat Syam yang sekarang bernama Kurk, terletak di sebelah Tenggara Laut Mati.
Mulanya Rasulullah mengutus Harits bin Umair Al-Azli, untuk menyampaikan surat kepada Gubenur Bashra, Hanits bin Abi Syamr Al-Ghassani yang diangkat oleh kaisar Romawi. Surat Nabi itu, sebagaimana surat-surat beliau lainnya, berisi ajakan masuk Islam. Sewaktu Harits bin Umair sampai di Mu’tah, ia ditangkap oleh seorang tokoh pemerintah yang pro Romawi. Penguasa itu kemudian bertanya apakah dia (Harits) diutus oleh Muhammad dan kemana tujuannya? Walaupun sudah dijelaskan oleh Harits, namun penguasa itu tetap memutuskan untuk menangkapnya. Begitulah Harits bin Umair ditangkap dan terus dibunuh.

Perang Khaibar


Perang ini terjadi di penghujung bulan Muharram tahun 7 Hijriah. Khaibar adalah nama daerah yang dihuni oleh orang-orang Yahudi, terletak 100 mil dari Madinah, di belahan utara ke arah Syam (Syiria).
Setelah mengadakan perdamaian dengan pihak Quraisy, melalui Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah saw. memfokuskan perhatian untuk mengatasi kemelut yang ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi yang bersekutu, selain orang-orang Yahudi yang tinggal di seputar Madinah.
Kemelut dengan orang-orang Yahudi yang disebut terakhir ini untuk sementara telah dianggap beres. Orang Yahudi Khaibar cukup berbahaya. Sebab, mereka punya tentara sebanyak 10.000 orang, wilayah mereka berbenteng sangat kuat, memiliki perlengkapan senjata yang cukup banyak, dan cerdik mengadu domba, menghasut dan kasak-kusuk.
Lambat atau cepat mereka pasti membahayakan kaum Muslimin. Oleh karena itu Nabi mempersiapkan pasukan yang akan berangkat ke Khaibar pada penghujung bulan Muharram tahun itu juga. Pasukan ini berkekuatan 1.600 orang. Hanya 200 orang saja yang mengendarai kuda.
Menjelang tiba di Khaibar, Nabi saw. memerintahkan agar pasukan berhenti. Dan beliau sendiri berdoa kepada Allah swt.

Perang Hudaibiyah


Perang ini terjadi pada bulan Zulqa’idah tahun 6 Hijriah. Mulanya ialah Rasulullah saw. bermimpi memasuki Baitullah bersama-sama dengan sahabat-sahabatnya dalam keadaan aman. Mereka mencukur rambut dan berpakaian ihram.
Atas dasar wahyu ini Rasulullah memerintahkan umat Islam agar bersiap-siap untuk pergi ke Makkah dalam rangka melakukan umrah, bukan untuk menantang kaum Qurasiy atau untuk benperang. Kaum Mushmin yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar berangkat menuju Makkah dalam suasana riang gembira, karena kerinduan akan Baitullah yang telah enam tahun tidak mereka kunjungi, akan terpenuhi. Kaum Muslimin yang berjumlah 1.500 orang itu berangkat tanpa membawa persiapan untuk perang, kecuali perbekalan dan senjata yang biasa di bawa kafilah dagang untuk melindungi diri dari perampok.

Perang Bani Quraizhah


Perang ini juga terjadi pada tahun 5 Hijriah, setelah Perang Ahzab. Melihat tingkah laku orang-orang Yahudi Bani Quraizah yang telah menimbulkan bahaya laten bagi umat Islam, dipandang perlu adanya usaha-usaha preventif. Orang-orang Yahudi itu telah mencoba membatalkan perjanjian perdamaian yang mereka sepakati bersama dengan Nabi, telah mengadu domba antara kaum Muslimin dengan kaum kafir Quraisy. Dan pada tahun 5 Hijriah telah pula bersekutu dengan orang-orang Yahudi lainnya beserta dengan orang-orang Musyrikin Makkah untuk memerangi umat Islam. Oleh karena itu Nabi saw. berpikir untuk memberi pelajaran buat mereka, yaitu mengusirnya dari wilayah Madinah, agar tidak lagi melakukan keonaran-keonaran yang bisa membahayakan pusat dakwah (Madinah).

Perang ahzab


Peperangan ini lebih dikenal dengan nama Perang Khandaq. Terjadi pada bulan Syawal tahun 5 Hijriah. Mulanya ialah setelah Bani Nadhir diusir datanglah pemimpin-pemimpinnya ke Makkah untuk mengajak orang-orang Quraisy memerangi Rasulullah bersama-sama. Keinginan ini disambut baik. Selanjutnya mereka datang ke Ghathafan (nama daerah) untuk beraliansi dengan masyarakat di daerah itu. Maksud ini ternyata disambut baik pula oleh Bani Fazzarah, Bani Murrah, dan Bani Asyja. Setelah siap berangkatlah mereka menuju Madinah.

Perang Bani Nadhir


Bani Nadhir adalah sekelompok orang Yahudi yang bertetangga dengan kaum Mukminin di Madinah. Mereka telah mengadakan perjanjian damai dan tolong menolong dengan kaum Muslimin, sebagaimana telah diceritakan terdahulu. Tetapi karakternya yang jahat itu tentulah selalu menggodanya untuk membatalkan janji dengan kaum Muslimin.

Perang Uhud


Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu tanggal 15 Syawal 3 Hijriah. Orang-orang Quraisy Makkah berambisi sekali membalas kekalahannya pada perang Badar Raya. Dipersiapkannya suatu pasukan besar dengan kekuatan 3.000 orang serdadu. Dalam pasukan itu terdapat 700 ratus infanteri, 200 orang tentara berkuda (kavaleni) dan 17 orang wanita. Seorang di antara mereka yang tujuh belas ini adalah Hindun bin Utbah, isteri Abu Sofyan. Ayahnya yang bernama Utbah telah terbunuh pada perang Badar Raya.Pasukan Quraisy ini dipusatkan di suatu lembah di pegunungan Uhud, suatu pegunungan yang terletak 2 kilometer sebelah utara Madinah.Menghadapi tantangan ini, Nabi saw. dan beberapa orang sahabatnya berpendapat kaum Muslimin tidak perlu menemui musuh-musuh yang sudah siap siaga itu. Sebaliknya orang-orang Islam tetap siaga di Madinah dengan taktik bertahan (defensif). Akan tetapi sekelompok orang Islam (Muhajirin dan Anshar) terutama pemuda-pemuda yang tidak ikut ambil bagian dalam perang Badar mendesak untuk menemui tentara-tentara Quraisy dan ingin menghajarnya di gunung Uhud. Atas desakan itu Nabi surut dari pendapatnya semula. Masuklah beliau ke rumahnya, lalu keluar dalam keadaan sudah siap dengan mengenakan baju besi, menyandang tameng dan memegang tombak serta pedang.
Melihat gelagat Nabi itu, sebagian sahabat yang tadinya sependapat dengan beliau menyatakan penyesalannya terhadap orang-orang yang memaksakan keinginannya untuk berperang. Mereka yang memandang tidak perlu meladeni tentara-tentara Quraisy tadi mengatakan kepada Nabi, “Kami tidak mau mengirimmu. Jika engkau tetap setuju berangkat, berangkatlah; dan jika akan engkau urungkan, urungkanlah.”

Perang Badar


Perang Badar Raya terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriah. Perang ini bermula dari kesalah¬pahaman kafilah dagang kaum Musyrikin Makkah yang sedang kembali dari Syam menuju Makkah. Rasulullah memerintahkan sejumlah sahabatnya untuk mengamati kafilah Quraisy yang sedang lewat di wilayah Madinah itu tanpa berrnaksud untuk berperang di bawah pimpinan Nabi saw. sendiri.
Begitu melihat rombongan orang Madinah yang mendekati kafilahnya, segeralah Abu Sofyan, pim¬pinan kafilah, mengutus anak buahnya untuk segera minta bantuan dari Makkah. Segeralah datang pasukan dari Makkah dengan kekuatan 1.000 orang tentara, 600 orang di antaranya berkuda (kavaleri) yang merangkap sebagai kompi perbeka¬lan (logistik), dan 300 orang tentara cadangan yang merangkap sebagai regu musik. Di samping itu mereka juga membawa 700 ekor unta. Regu musiknya sepanjang jalan menggemakan lagu-lagu perang, terutama yang berisikan ejekan terhadap Nabi saw. dan kaum Muslimin.
Kompi patroli yang dikerahkan Nabi saw. sendiri berke¬kuatan 313 prajurit, dengan 70 ekor unta, dan tidak lebih dari 3 ekor kuda. Mereka kebanyakan terdiri dan penduduk asli Madinah. Mereka mengendarai

Karakteristik Ajaran Islam



    Islam sebagai dien (sistem hidup) memiliki ciri-ciri :

1. Robbaniyah
   itinjau dari segi bahasa, Robbaniyah berasal dari kata rabbun, yang ditujukan kepada Allah SWT. Sedangkan rabbani ditujukan kepada manusia, yaitu manusia yang tali hubungannya dengan Allah sangat kuat, tahu dan mengamalkan ajaran-Nya. (QS. 3:79).  

   Yang dimaksud dengan robbaniyyah mencakup 2 aspek robbaniyyah ghayah dan mashdar.  

a. Rabbaniyyah Ghoyah (tujuan dan sasaran)  


Maksudnya Islam menjadikan tujuan pertama dan terakhir untuk menyembah Allah semata (QS. 51:56) dan untuk mencapai ridho-Nya. Tujuan ini pun akhirnya merupakan tujuan akhir, puncak cita-cita, usaha dan kerja keras manusia dalam kehidupan (QS. 53:42, 84:6).  

   Dampak rabbaniyyah tujuan pada manusia :  


(1)
Mengetahui tujuan dan keberadaan manusia  

(2)
Mendapat petunjuk menuju fitrah  

(3)
Keselamatan dari perpecahan dan pergolakkan  

(4)
Membebaskan manusia dari penghambaaan pada egoisme dan syahwat.  


Kamis, 12 Januari 2012

pendidik menurut etimologi dan terminologi

 Term pendidikan mengandung makna yang cukup luas. Pendidik secara bahasa adalah orang yang mendidik[1]. Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan yang mendidik. Dalam bahasa inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan yang artinya dengan kata pendidik. Kata tersebut, yakni teacher yang diartikan guru atau pengajar atau tutor yang berarti guru pribadi atau guru yang mengajar dirumah[2]. Sedangkan dalam bahasa arab adalah ustadz, mudarris, mu’allim dan muaddib. Kata ustadz berarti guru, professor gelar akademik, jenjang dibidang intelektual, pelatih, penulis dan penyair[3]. Kata al mudarris berarti teacher ( guru ), instructor ( pelatih ) dan lecture ( dosen )[4]. Kemudian kata muallim juga berarti teacher ( guru ), instructor ( pelatih ), trainer ( pemandu )[5]. Terakhir kata muaddib berarti educator pendidik atau teacher in koranic school ( guru